Senin, 18 April 2016

Asuhan keperawatan thypoid abdominalis
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Demam tifoid atau thypoid fever atau thypus abdominalis merupakan penyakit infeksi akut pada saluran pencernaan yang disebabkan oleh kuman Salmonella typhii, ditandai gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan dan dengan atau tanpa gangguan kesadaran (T.H. Rampengan dan I.R. Laurentz, 1995). Penularan penyakit ini hampir selalu terjadi melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi.
Surverlans Departemen Kesehatan RI, frekuensi kejadian Demam Thypoid di Indonesia pada tahun 1990 sebesar 9,2 dan pada tahun 1994 terjadi peninggkatan frekuensi menjadi 15,4 per 10.000 penduduk. Dari survey berbagai rumah sakit di Indonesia dari tahun 1981 sampai dengan 1986 memperlihatkan peningkatan jumlah penderita sekitar 35,8% yaitu dari 19,596 menjadi 26,606 kasus. (Aru W.Sudoyo, dkk, 2007; 1752).
Berdasarkan data diatas menunjukkan bahwa angka kejadian Thypus Abdominalis masih sangat tinggi. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai factor antara lain : pengetahuan tentang kesehatan diri dan lingkungan yang masih relative rendah, penyediaan air bersih yang tidak memadai keluarga dengan hygiene sanitasi yang rendah, permasalahan pada identifikasi dan penatalaksanaan karier, keterlambatan membuat diagnosis yang pasti, patogenesis dan factor virulensi yang belum dimengerti sepenuhnya serta belum tersedianya vaksin efektif aman dan murah menurut Pang dalam (Soegeng Soegijanto, 2002; 2).
Typhoid atau dapat juga disebut sebagai Thypus Abdominalis atau demam enterik (enteric fever) adalah suatu penyakit infeksi akut pada saluran pencernaan (terutama usus halus) dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan dan dengan atau tanpa gangguan kesadaraan.(Ngastiyah, 2005; 236). Thypus Abdominalis disebabkan oleh maksuknya kuman Salmonella Typhi (S.typhi) dan Salmonella Paretyphi (S.paratyphi) kedalam tubuh manusia melalui makanan yang terkontaminasi oleh kuman (Aru W.Sudoyo, dkk, 2007).
Untuk itu, penanganan yang tepat sangat diperlukan untuk menurunkan angka morbiditas Thypus Abdominalis. Penanganan dilingkungan dengan cara menumbuhkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya hidup sehat melalui upaya promotif dan freventif. Selain itu, penanganan dirumah sakit melalaui upaya kuratif dan rehabilitative juga sangat diperlukan yaitu dengan cara perawatan yang baik seperti tirah baring, memberikan makanan yang lunak untuk mengurangi dan mencegah pendarahan pada usus, serta pemberian obat-obatan antibiotik (Mansjoer Arif, 2002).

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan,maka dalam penulisan ini dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1.      Apa definisi dari typus abdominalis?
2.      Bagaimana etiologi, patofisiologi dan manifestasi klinis dari typus abdominalis?
3.      Bagaimana pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan medis dan komplikasi dari typus abdominalis?
4.      Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan typus abdominalis?

C.     Tujuan
1.      Tujuan Umum
Mengetahui cara memberikan dan membuat asuhan keperawatan pada pasien typus abdominalis dengan baik dan benar.
2.      Tujuan Khusus
a.       Mengetahui definisi dari typus abdominalis.
b.      Mengetahui anatomi fisiologi dari typus abdominalis.
c.       Mengetahui etiologi dari typus abdominalis.
d.      Mengetahui patofisiologi dari typus abdominalis.
e.       Mengetahui manifestasi klinis dari typus abdominalis.
f.       Mengetahui pemeriksaan penunjang typus abdominalis.
g.      Mengetahui penatalaksanaan medis typus abdominalis.
h.      Mengetahui komplikasi dari typus abdominalis.
i.        Mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan typus abdominalis



BAB II
TINJAUAN TEORI

A.    Pengertian
Demam tifoid atau thypoid fever atau thypus abdominalis merupakan penyakit infeksi akut pada saluran pencernaan yang disebabkan oleh kuman Salmonella typhii, ditandai gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan dan dengan atau tanpa gangguan kesadaran (T.H. Rampengan dan I.R. Laurentz, 1995). Penularan penyakit ini hampir selalu terjadi melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi.
Typhus Abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari satu minggu dan terdapat gangguan kesadaran.(Suryadi,2001) 
Thypus Abdominalis (demam typhoid, enteric fever) ialah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran cerna, dan gangguan kesadaran (Mansjoer Arif, dkk, 2000).
Demam Typhoid (enteryk fever) adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaaan dan gangguan kesadaran (Nursalam, dkk, 2005). Demam tifoid adalah infeksi demam sistemik akut yang nyata pada fogosit mononuclear dan membutuhkan tatanama yang terpisah. (Horrison, 1999). Demam enterik adalah sindrom klinis sitemik yang dihasilkan oleh organisme salmonella tertentu (Nelson, 1999).
Menurut berbagai sumber diatas penulis dapat menyimplukan bahwa: Thypus Abdominalis merupakan penyakit infeksi akut yang menyerang usus halus dengan menunjukkan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan dan gangguan kesadaran, yang apabila tidak segera diobati secara proresif dapat menyerang jaringan diseluruh tubuh . Jadi tifus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh kuman  salmonella typhi dan terdapat pada saluran pencernaan yang  disertai dengan demam lebih dari satu minggu, dan gangguan kesadaran.



B.     Etiologi
Kuman Samonella Thypiia/Eberthela
Mempunyai tiga macam antigen yaitu
a.      Antigen o (oline houch)
b.      Antigen H (houch)
c.       Antigen V1(kapsul)
C.    Patofisiologi
Kuman Salmonella Typi  masuk tubuh manusia melalui mulut dengan makanan dan air yang tercemar. Sebagian kuman dimusnakan oleh asam lambung. Sebagian lagi masuk ke usus halus dan mencapai jaringan limfoid plaque peyeri di ileum terminalis yang mengalami hipertrofi. Di tempat ini komplikasi perdarahan dan perforasi intestinal dapat terjadi. Kuman Salmonella Typi kemudian menembud ke lamina propia, masuk aliran limfe dan mencapai kelenjar limfe mesenterial, yang juga mengalami hipertrofi.  Setelah melewati kelenjar-kelenjar limfe ini salmonella typi masuk ke aliran darah melalui duktus thoracicus.
Kuman salmonella typi lain mencapai hati melalui sirkulasi portal dari usus. Salmonella typi bersarang di plaque peyeri, limpa, hati dan bagian-bagian lain sistem retikuloendotelial.  Semula disangka demam dan gejala-gejala toksemia pada demam tifoid disebabkan oleh endotoksemia. Tapi kemudian berdasarkan penelitian ekperimental disimpulkan bahwa endotoksemia bukan merupakan penyebab utama demam dan gejala-gejala toksemia pada demam tifoid.  Endotoksin salmonella typi berperan pada patogenesis demam tifoid, karena membantu terjadinya proses inflamasi lokal pada jaringan tempat salmonella typi berkembang biak.  Demam pada tifoid disebabkan karena salmonella typi dan endotoksinnya merangsang sintesis dan penglepasan zat pirogen oleh zat leukosit pada jaringan yang meradang.
Masa tunas demam tifoid berlangsung 10-14 hari.  Gejala-gejala yang timbul amat bervariasi.  Perbedaaan ini tidak saja antara berbagai bagian dunia, tetapi juga di daerah yang sama dari waktu ke waktu.   Selain itu gambaran penyakit bervariasi dari penyakit ringan yang tidak terdiagnosis, sampai gambaran penyakit yang khas dengan komplikasi dan kematian hal ini menyebabkan bahwa seorang ahli yang sudah sangat berpengalamanpun dapat mengalami kesulitan membuat diagnosis klinis demam tifoid.
Dalam minggu pertama penyakit keluhan gejala serupa dengan penyakit infeksi akut pada umumnya , yaitu demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia,  mual, muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak enak di perut, batuk dan epistaksis.  Pada pemeriksaan fisis hanya didapatkan suhu badan meningkat .  dalam minggu kedua gejala-gejala menjadi lebih jelas dengan demam, bradikardia relatif, lidah yang khas (kotor di tengah, tepi daan ujung merah dan tremor), hepatomegali, splenomegali, meteroismus, gangguan mental berupa somnolen, stupor, koma, delirium atau psikosis, roseolae jarang  ditemukan pada orang Indonesia.
Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5F yaitu Food(makanan), Fingers (jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly (lalat), dan melalui Feses (tinja). Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman salmonella thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan dikonsumsi oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar kuman salmonella thypii masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut.
Semula disangka demam dan gejala toksemia pada typhoid disebabkan oleh endotoksemia. Tetapi berdasarkan penelitian eksperimental disimpulkan bahwa endotoksemia bukan merupakan penyebab utama demam pada typhoid. Endotoksemia berperan pada patogenesis typhoid, karena membantu proses inflamasi lokal pada usus halus. Demam disebabkan karena salmonella thypi dan endotoksinnya merangsang sintetis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang (www.medscape.com2014).

 path way kunjungi sadrimohammad31.pathway.blogspot.com

  

D.    Manifestasi klinis
Gejala bervariasi secara garis besar gejala yang timbul dapat dikelompokan menjadi
a.        Demam satu minggu atau lebih
b.      Gangguan saluran pencernaan
c.       Gangguan kesadaran
Dalam minggu pertama akan timbul gejala seperti
a.       Demam
b.      Nyeri kepala
c.       Anoreksia
d.      Mual dan muntah
e.       Diare
f.       Suhu badan meningkat (39-410C)
Sedangkan dalam minggu kedua
a.       Demam remitem
b.      Lidah tipoid dengan tanda nampak kering, dilapisi selaput tebal,dibagian belakang kelihatan tanpak lebih pucat. Dibagian ujung dan tepi lebih kemerahan.
c.       Pembesarab hati dan dan limpa perut kembung dan nyeritekan
d.      Gangguan kesadaran

E.     Komplikasi
a.       Perdarahan intestinal
b.      Perforasi intestinal
c.       Ileus paralitik
d.      Renjatan septik
e.       Pneumonia
f.       Miokarditis
g.      Peritonitis
h.      Meningitis
i.        Ensefalopati
j.        Bronkitis dan



F.      Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang pada klien dengan typhoid adalah pemeriksaan laboratorium, yang terdiri dari :
1.            Pemeriksaan leukosit
2.            Pemeriksaan SGOT dan SGPT
3.            Kultur darah  (Biakan darah) 
4.            Uji Widal

G.  Penatalaksanaan
1.   Tirah baring atau bed rest.
2.   Diit lunak atau diit padat rendah selulosa (pantang sayur dan buahan), kecuali komplikasi pada intestinal.
3.    Obat-obat :
a.    Antimikroba :
§  Kloramfenikol 4 X 500 mg sehari/iv
§  Tiamfenikol 4 X 500 mg sehari oral
§  Kotrimoksazol 2 X 2 tablet sehari oral (1 tablet = sulfametoksazol 400 mg + trimetoprim 80 mg) atau dosis yang sama iv, dilarutkan dalam 250 ml cairan infus.
§  Ampisilin atau amoksisilin 100 mg/kg BB sehari oral/iv, dibagi dalam 3 atau 4 dosis.
§  Antimikroba diberikan selama 14 hari atau sampai 7 hari bebas demam.
b.    Antipiretik seperlunya
c.    Vitamin B kompleks dan vitamin C
4.    Mobilisasi bertahap setelah 7 hari bebas demam.
     
H.    Prognosis
Prognosis thypus abdominalis umumnya baik bila pasien cepat berobat prognosis kurang baik bila terdapat gejala klinis yang berat seperti hiperpireksia (demam tinggi) atau febris kontinua. Penurunan kesadaran (sopor, koma, atau delirium), komplikasi berat seperti dehidrasi, asidosis, perforasi, usus, dan gizi buruk. (Arif Mansjoer, 2000).


BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A.    Pengkajian
1.      Anamnese
a.       Identitas pasien
b.      Keluhan utam ; biasanya pasien datang dengan keluhan demam
c.        Riwayat kesehatan
·         Riwayat penyakit sekarang
Sejak kapan pasien sudah merasa tidak enak badan dan kurang nafsu makan, disertai dengan sakit kepala, badan panas, mual dan ada muntah. Panas berkurang setelah minum obat parasetamol, tapi hanya sebentar kemudian panas lagi
·         Riwayat penyakit dahulu
Menanyakan apakah sebelumnya pasien pernah mengalami penyakit seperti sekarang ini, apakah panaasien pernah dirawat di RS, atau pernah sakit biasa seperti flu, pilek dan batuk, dan sembuh setelah minum obat biasa yang dijual di pasaran.
·         Riwayat penyakit keluarga
Menanyakan apakah ada dalam keluarga pasien yang pernah sakit seperti pasien.
d.      Pmeriksaan fisik
1.      Keadaan umum
Mengkaji  kesadaran  dan  keadaan  umum  pasien.  Kesadaran  pasien perlu  di  kaji  dari  sadar – tidak  sadar (composmentis – coma)  untuk mengetahui  berat  ringannya  prognosis  penyakit  pasien
2.      Tanda tanda vital
Memeriksa tanda tanda vita sangat penting di antaranya suhu, nadi, respirasi, BI (breath), B2 (blood), B3  (brain), B4 (bladder), B5 (bowel),  B6  (bone).




e.       Pemeriksaan laburaturium
1.      Biakan darah
Bila  biakan  darah  positif  hal  itu  menandakan demam typhoid, tetapi bila biakan darah  negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam typhoid

2.      Uji Widal
Uji widal di lakukan untuk deteksi antibodi terhadap kuman S typhi. Pada uji widal terjadi suatu reaksi aglutinasi antara antigen kuman S. typhi dengan antibodi yang disebut aglutinin. Antigen yang digunakanpada uji widal adalah suspensi Salmonelle yang sudah dimatikan dan di olah di laboratorium. Maksud uji Widal adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum penderita tersangka demam tifoid yaitu ;
1.      Aglutin in O (dari tubuh kuman)
2.      Aglutinin H (flagela kuman)
3.      Aglutinin Vi (simpai kuman)

B.     Diagnosa keperawatan
1.       Kurangnya volume cairan berhubungan dengan kurangnya intake cairan dan peningkatan suhu tubuh
2.      Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
3.      Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual/muntah dan anoreksia
4.      Cemas sehubungan dengan kurangnya pengetahuan klien tentang penyakitnya.
5.      Gangguan rasa nyaman, Nyeri b.d tukak mukosa intestinal.


C.    Intervensi
NO
DIAGNOSA
NOC
NIC
RASIONAL
1

Kekurangan volume cairan berhubungan dengan asupan cairan yang tidak adekuat


Jangka waktu 1x 24 jam
Hasil;
·    Memiliki keseimbangan asupan yang seimbang dalam 24 jam
·    Menampikan hidrasi yang baik misalnya membran mukosa yang lembab.
·    Memiliki asupan cairan oral dan atau intravena yang adekuat
1.      Kaji tanda tanda dehidrasi
2.      Berikan minuman peroral  sesuai toleransi

3.      Atur pemberian cairan infus sesuai order
4.      Ukur semua output (muntah, urine,diare) ukur semua intek cairan

1.      Intervensi lebih dini
2.      Mempetahankan intek yang adekuat

3.      Melakukan rehidrasi

4.      Mengatur keseimbangan antara intek dan output

2

Hipertermi  berhubungan dengan proses infeksi

Tujuan : mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal pada jangka waktu 1x24 jam
  Kriteria Hasil:
     Suhu antara 36o-37o c
     RR dan nadi dalam  batas normal
     Membran mukosa lembab
     Kulit dingin dan bebas dari       keringat yang berlebih.
     Pakaian dan tempat tidur pasien kering
1.      Monitor tanda-tanda infeksi.

2.      Monitor tanda-tanda vital tiap 2 jam.



3.      Berikan suhu lingkungan yang nyaman bagi pasien. Kenakan pakaian tipis pada pasien.
4.      Kompres dingin pada daerah yang tinggi aliran darahnya.
5.      Berikan cairan  iv sesuai order atau anjurkan intake cairan yang adekuat.
6.      Berikan antipiretik, jangan berikan aspirin.
7.      Monitor komplikasi neurologis akibat demam.
1.      Infeksi pada umumnya menyebabkan peningkatan suhu tubuh
2.  Deteksi resiko peningkatan suhu tubuh yang ekstrem, pola yang dihubungkan dengan patogen tertentu, menurun dihubungkan dengan resolusi infeksi.
3. Kehilangan panas tubuh melalui konveksi dan evaporasi


4. Memfasilitasi kehiliangan panas lewat konveksi dan konduksi.
5. Menggantikan cairan yang hilang lewat keringat.

6. Aspirin bersiko terjadi perdarahanGI yang menetap
7. Febril dan enselopati bisa terjadi bila suhu tubuh yang meningkat.


3

Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual/muntah dan anoreksia


Tujuan:
        Setelah dilakukan tindakan keperawatan kebutuhan nutrisi terpenuhi.
b)      Kriteria hasil:
      a)Nutrisi pasien terpenuhi, pasien tidak mengalami mual/ muntah.
b)Nafsu makan klien meningkat, BB pasien naik

a.  Timbang berat badan setiap hari

     b.Dorong tirah baring dan atau pembatasan aktivitas selama fase sakit akut.


     c. Anjurkan istirahat sebelum makan.

     d.Berikan kebersihan oral.

     e.Sediakan makanan dalam ventilasi yang baik, lingkungan menyenangkan, dengan situasi tidak terburu-buru, temani.
f.Kolaborasi nutrisi pareneral total, terapi IV sesuai indikasi

a.Memberikan informasi tentang kebutuhan diet/keefektifan terapi.
     b. Dorong tirah baring dan atau pembatasan aktivitas selama fase sakit akut.
     c. Menenangkan peristaltic, dan meningkatkan rasa makanan.
d.Mulut yang bersih dapat meningkatkan rasa makanan.
e.Lingkungan yang menyenangkan menurunkan stress dan lebih kondusif untuk makan.
f.Mencegah serangan akut/eksaserbasi gejala

4
Cemas sehubungan dengan kurangnya pengetahuan klien tentang penyakitnya
Tujuan : Cemas berkurang atau hilang
     Kriteria hasil :
a)   a.Klien mengerti tentang penyakitnya, kecemasan hilang atau berkurang.
b)   b.Klien menerima akan keadaan penyakit yang dideritanya.

a.Beri penjelasan pada klien tentang penyakitnya.
b.Kaji tingkat kecemasan klien.

c.Dampingi klien terutama saat-saat cemas.

d.Tempatkan pada ruangan yang tenang, kurangi kontak dengan orang lain, klien lain dan keluarga yang menibulkan  cemas.
      a.Klien mengerti dan merespon dari penjelasan secara kooperatif.
b.Dapat memberi gambaran yang jelas apa yang menjadi alternatif tindakan yang direncanakan.
c.Klien merasa diperhatikan dan dapat menurunkan tingkat kecemasan.
d.Dengan ruangan yang tenang dapat mengurangi  kecemasannya

5
Gangguan rasa nyaman, Nyeri b.d tukak mukosa intestinal
    Tujuan : Kebutuhan rasa nyaman, nyeri terpenuhi
2)   Kriteria hasil :
     1.Klien dapat/mampu mengekspresikan kemampuan untuk rasa nyaman
2.Kebutuhan istirahat dan tidur tidak terganggu, nyeri berkurang/ hilang.

     1.Dorong pasien untuk melaporkan nyeri
2.Kaji laporan kram abdomen atau nyeri, catat lokasi, lamanya,intensitas (skala 0-10). Selidiki dan laporkan perubahan karakteristik nyeri.
3.Catat petunjuk non verbal, gelisah, menolak untuk bergerak, berhati-hati engan abdomen, menarik diri, dan depresi. Selidiki perbedaan petunjuk verbal dan non verbal.
4.Kaji ulang faktor-faktor yang meningkatkan atau menghilangkan nyeri.
5.Izinkan pasien untuk memulai posisi yang nyaman, mis, lutut fleksi.
6.Berikan tindakan nyaman (mis, pijatan punggung, ubah posisi) dan aktivitas senggang.

      1.Dorong pasien untuk melaporkan nyeri
2.Kaji laporan kram abdomen atau nyeri, catat lokasi, lamanya,intensitas (skala 0-10). Selidiki dan laporkan perubahan karakteristik nyeri.

3.Catat petunjuk non verbal, gelisah, menolak untuk bergerak, berhati-hati engan abdomen, menarik diri, dan depresi. Selidiki perbedaan petunjuk verbal dan non verbal.
4.Kaji ulang faktor-faktor yang meningkatkan atau menghilangkan nyeri.

5.Izinkan pasien untuk memulai posisi yang nyaman, mis, lutut fleksi.
6.Berikan tindakan nyaman (mis, pijatan punggung, ubah posisi) dan aktivitas senggang.















BAB IV
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Thypus Abdominalis merupakan penyakit infeksi akut yang menyerang usus halus dengan menunjukkan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan dan gangguan kesadaran, yang apabila tidak segera diobati secara proresif dapat menyerang jaringan diseluruh tubuh . Jadi tifus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh kuman  salmonella typhi dan terdapat pada saluran pencernaan yang  disertai dengan demam lebih dari satu minggu, dan gangguan kesadaran.
 Thypus  abdominalis umumnya baik bila pasien cepat berobat prognosis kurang baik bila terdapat gejala klinis yang berat seperti hiperpireksia (demam tinggi) atau febris kontinua. Penurunan kesadaran (sopor, koma, atau delirium), komplikasi berat seperti dehidrasi, asidosis, perforasi, usus, dan gizi buruk. (Arif Mansjoer, 2000).
B.Saran
          1. Bagi Tenaga Kesehatan
          Untuk tenaga kesehatan terutama perawat diharapkan bisa mengerti dan memahami tentang pengertian, penyebab, pencegahan dan pegobatan dari typus abdominalis agar saat menerapkan pada pasien tidak terjadi suatu kesalahan yang menyebabkan pasien tambah parah atau bahkan bisa mengalami kematian karena kesalahan dalam melakukan asuhan keperawatan.
                               
          2.   Bagi Pasien dan Keluarga
Bagi pasien diharapkan  mengerti tentang penyebab, pengobatan dan pencegahan dari typus abdominalis, agar pada saat terjadi typus abdominalis dapat melakukan pencegah dini sebelum dilakukan asuhan keperawatan.



DAFTAR PUSTAKA
Hassan, Rusepno, dkk. 2007. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Rampengan. 2005. Penyakit Infeksi Tropik pada Anak, Edisi 2. Jakarta: EGC.
Soegijanto, Soegeng. 2007. Kumpulan Makalah Penyakit Tropis dan Infeksi di Indonesia, Jilid 6. Surabaya: Airlangga University Press.
Tjokroprawiro, Askandar, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Surabaya: Airlangga University Press.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar